Tradisi Sakral Sadranan: Dari Makam Shuufi, Kebersamaan Warga Tegalrejo Semakin Erat

- Editor

Jumat, 14 Februari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Laporan: Imam Prabowo

SALATIGA | BL – Ribuan warga Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, tumpah ruah di Makam Shuufi untuk mengikuti tradisi Sadranan, sebuah ritual tahunan yang tetap lestari di tengah zaman. Acara ini bukan sekadar kegiatan keagamaan, tetapi juga simbol pelestarian budaya, kebersamaan, dan gotong-royong yang mengakar kuat di masyarakat menjelang bulan suci Ramadan.

Menghormati Leluhur dengan Doa dan Syukur

Sadranan merupakan tradisi yang digelar setiap bulan Sya’ban dalam kalender hijriah, di mana warga berziarah dan mendoakan leluhur yang telah berpulang. Mereka datang dari berbagai penjuru dengan membawa sesajen dan tumpeng sebagai bentuk penghormatan.

Baca Juga  Terungkap! Hutang Jadi Motif Dukun Palsu Habisi Pasutri dengan Racun, Polda Jatim Berhasil Ringkus Pelaku

Ketua RW 4 Tegalrejo, Mugi Harjono, menegaskan bahwa tradisi ini melibatkan seluruh warga dari RT 1 hingga RT 11, yang bergotong-royong menyiapkan acara.

“Sadranan bukan hanya tentang menghormati leluhur, tetapi juga menjadi momen mempererat kerukunan antarwarga. Ini adalah warisan budaya yang harus dijaga,” ujar Mugi, Jumat (14/2/2025).

Baca Juga  Pisah Sambut Wali Kota Salatiga: Suasana Haru Iringi Perpisahan Yasip Khasani

Arak-arakan 1.000 Tumpeng, Simbol Syukur dan Kebersamaan

Salah satu bagian paling ditunggu dalam perayaan Sadranan di Tegalrejo adalah arak-arakan 1.000 tumpeng. Tumpeng-tumpeng yang telah disiapkan warga diarak menuju Makam Shuufi sebelum didoakan dan dibagikan kepada masyarakat.

Prosesi ini bukan hanya mencerminkan rasa syukur kepada Tuhan, tetapi juga mempererat ikatan sosial antarwarga.

Baca Juga  Operasi Zebra Candi 2024: Langkah Tegas dan Humanis Polda Jateng Cegah Fatalitas Kecelakaan

“Kami ingin menunjukkan bahwa kebersamaan dan gotong-royong masih menjadi bagian dari kehidupan kami. Arak-arakan 1.000 tumpeng ini adalah simbol dari rasa syukur dan persatuan,” tambah Mugi.

Dari Sederhana ke Sakral: Sadranan yang Berkembang

Dalam empat tahun terakhir, Sadranan di Tegalrejo mengalami perkembangan signifikan. Jika dahulu hanya sekadar doa dan kenduri kecil, kini tradisi ini semakin sakral dengan tambahan unsur budaya Jawa yang lebih kuat, seperti iringan gamelan, pembacaan macapat, dan kirab budaya.

Baca Juga  Susu Mengalir di Getasan: 1.000 Liter Dibagikan Gratis, Peternak Sapi Perah Suarakan Protes Akibat Pembatasan Pasar

Budiman, salah satu warga yang telah mengikuti Sadranan sejak kecil, mengungkapkan kebanggaannya terhadap perkembangan tradisi ini.

“Dulu, Sadranan hanya berupa doa dan makan bersama. Sekarang, suasananya lebih khusyuk dan meriah. Semua warga ikut serta, dari anak-anak hingga lansia, sehingga terasa lebih hidup,” katanya.

Baca Juga  Waduh! Kades Sidoarjo Diduga Tipu Tanah, Duit Miliaran Melayang Kaya Layangan!

Lebih dari Ritual: Momentum Sosial dan Budaya

Lurah Tegalrejo, Ponco Margono Hasan, menegaskan bahwa Sadranan bukan hanya acara keagamaan, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan pembelajaran bagi generasi muda.

“Tradisi ini mengajarkan birrul walidain, atau berbakti kepada orang tua dan leluhur, sekaligus mempererat hubungan sosial. Kami berharap Sadranan terus diwariskan agar tidak hilang ditelan zaman,” ujarnya.

Baca Juga  Waspadai Lowongan Fiktif! Nina Agustin Ingatkan Ribuan Pencari Kerja Saat Buka Job Fair Salatiga 2025

Tradisi yang Menyatukan, Warisan untuk Masa Depan

Melibatkan semua lapisan masyarakat, Sadranan di Makam Shuufi menjadi bukti bahwa tradisi lokal dapat menjadi perekat sosial. Acara ini tidak hanya meneguhkan nilai-nilai spiritual dan budaya, tetapi juga membangun kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga gotong-royong dan kebersamaan di Tegalrejo, Kota Salatiga. (*)

Berita Terkait

Wali Kota Salatiga Sambut Hangat Profesor Arkeologi Dunia Bahas Kunjungan 35 Negara
Longsor Dini Hari di Kaliangkrik, Warga Terbangun oleh Suara Runtuhan Tanah
Salatiga Raih Dua Penghargaan Nasional Pembangunan Berkelanjutan, Wali Kota: Bukti Sinergi Semua Pihak
Kapolres Salatiga Jadi Irup di SMPN 1 Salatiga, Ajak Pelajar Jadi Generasi Disiplin dan Anti Narkoba
Parkir Sebentar, Avanza Milik Warga Boyolali Hangus Terbakar di Tingkir Salatiga
Yayasan Jallu Nusantara Indonesia Kukuhkan 28 Pengurus Baru, Siap Perluas Akses Keadilan Hukum
Dari Saung Kelir, Sabar Subadri Tanamkan Kreativitas Sejak Dini Lewat Lukisan
Polemik Rumah Makan Sultan Agung 79 Semarang: Wali Kota Angkat Bicara, Proyek Kini di Ujung Mediasi

Berita Terkait

Selasa, 14 Oktober 2025 - 00:48

Wali Kota Salatiga Sambut Hangat Profesor Arkeologi Dunia Bahas Kunjungan 35 Negara

Senin, 13 Oktober 2025 - 14:25

Longsor Dini Hari di Kaliangkrik, Warga Terbangun oleh Suara Runtuhan Tanah

Senin, 13 Oktober 2025 - 07:49

Salatiga Raih Dua Penghargaan Nasional Pembangunan Berkelanjutan, Wali Kota: Bukti Sinergi Semua Pihak

Senin, 13 Oktober 2025 - 06:58

Kapolres Salatiga Jadi Irup di SMPN 1 Salatiga, Ajak Pelajar Jadi Generasi Disiplin dan Anti Narkoba

Jumat, 10 Oktober 2025 - 11:15

Parkir Sebentar, Avanza Milik Warga Boyolali Hangus Terbakar di Tingkir Salatiga

Rabu, 8 Oktober 2025 - 12:58

Dari Saung Kelir, Sabar Subadri Tanamkan Kreativitas Sejak Dini Lewat Lukisan

Senin, 6 Oktober 2025 - 10:28

Polemik Rumah Makan Sultan Agung 79 Semarang: Wali Kota Angkat Bicara, Proyek Kini di Ujung Mediasi

Senin, 6 Oktober 2025 - 08:29

192 Siswa SMPN 8 Salatiga Sakit Diduga Usai Santap Menu MBG Setelah Acara Perkemahan

Berita Terbaru