Laporan: Imam Prabowo
TENGARAN | BL – Setiap tanggal 1 Januari, Dusun Tugu di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menjadi pusat perhatian dengan tradisi uniknya: open house. Tradisi ini menyerupai suasana Lebaran, di mana 274 kepala keluarga di empat RT di RW 4 Dusun Tugu membuka pintu rumah untuk silaturahmi.
Sejak pagi hingga malam, suasana dusun ini dipenuhi dengan tamu dari berbagai daerah, baik dari dalam kota maupun luar kota. Pantauan di lokasi menunjukkan deretan kendaraan, baik mobil maupun sepeda motor, memenuhi jalan-jalan sekitar. Setiap rumah menyuguhkan aneka hidangan khas, mulai dari makanan berat hingga kue-kue tradisional, menciptakan atmosfer hangat dan penuh kekeluargaan.
H. Saefudin, Kepala Desa Bener, menjelaskan bahwa tradisi open house di Dusun Tugu ini telah berlangsung turun-temurun sejak puluhan tahun lalu dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan warganya. Ia mengapresiasi kegiatan tersebut karena mampu mempererat hubungan keluarga dan masyarakat.
“Kegiatan ini dari tahun ke tahun semakin ramai. Bahkan tamu dari luar daerah semakin banyak berdatangan. Warga sering menerima tamu hingga pukul 11 malam,” ujar Saefudin kepada besoklagi.com, Rabu (1/1/2025).
Menurutnya, tradisi ini juga mencerminkan toleransi yang kuat antarwarga, mengingat mayoritas penduduk Dusun Tugu beragama Kristen. Saat open house berlangsung, warga Muslim secara sukarela berjaga, membantu menyebrangkan jalan, dan mengatur lalu lintas. Sebaliknya, pada Idul Fitri, warga Kristen turut membantu menjaga rumah-rumah yang kosong selama salat Idul Fitri.
Dari Tradisi Lokal Menjadi Magnet Regional
Sri Nanda Yudi Himawan, Kepala Dusun Tugu, menambahkan bahwa tradisi ini awalnya hanya diikuti oleh warga lokal dan tamu dari desa tetangga. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tradisi ini berkembang menjadi magnet bagi pengunjung dari berbagai wilayah, termasuk kecamatan, kota, hingga kabupaten tetangga.
“Saat ini, warga asli Dusun Tugu sering tidak bisa keluar rumah pada tanggal 1 Januari karena banyaknya tamu yang datang. Tradisi ini semakin meluas, tetapi tetap menjaga nilai-nilai kebersamaan yang menjadi inti acara,” jelas Nanda.
Ia juga menambahkan bahwa Dusun Tugu sering disebut sebagai “Kampung Kristenan” karena tradisi kekeluargaan dan toleransi yang kental di antara warganya.
Arief Syarifudin, salah satu pengunjung asal Tengaran, mengaku sengaja datang ke Dusun Tugu untuk merasakan suasana unik tersebut. “Tradisi ini seperti lebaran atau Saparan, tapi lebih ramai. Banyak tamu dari luar kota, dan suasananya sangat hangat,” katanya.
Tradisi open house di Dusun Tugu tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga simbol kebersamaan lintas budaya dan agama yang patut diteladani. Sebuah tradisi lokal yang kini telah menjadi warisan budaya, mempererat solidaritas masyarakat dan menjadi daya tarik tersendiri bagi Kabupaten Semarang. (*)