Laporan: Imam Prabowo
SALATIGA | BL – Menyambut bulan suci Ramadan, suasana di Rumah Tahanan (Rutan) Salatiga berubah layaknya pesantren. Ratusan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) mengikuti dzikir akbar dan doa bersama di selasar Rutan. Acara ini diawali dengan khataman Al-Qur’an, dilanjutkan dengan lantunan dzikir, shalawat, serta doa bersama. Peringatan Isra Miraj juga turut mewarnai kegiatan ini, yang kemudian ditutup dengan siraman rohani oleh Kyai Haji Noor Rofiq, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Salatiga.
Kepala Rutan Salatiga, Redy Agian, menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan para WBP serta menjadi pengingat pentingnya bekal spiritual dalam kehidupan mereka.
“Menyambut bulan Ramadan, kami mengadakan dzikir dan doa bersama serta khatam Al-Qur’an sebagai sarana meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Ini juga menjadi pengingat bagi para WBP bahwa kehidupan akhirat harus dipersiapkan dengan baik,” ujar Redy pada Selasa (11/02/25).
Pembinaan Keagamaan di Rutan: Dari Iqra Hingga Shalat Berjamaah
Di bawah bimbingan Ustadz Nahrawi Parjono, suasana di Rutan Salatiga semakin menyerupai pondok pesantren. Para WBP yang disebut sebagai santri diajarkan membaca dan menulis Al-Qur’an serta menjalankan shalat berjamaah secara disiplin.
“Melalui pendekatan agama ini, para santri WBP dibekali keterampilan membaca Al-Qur’an, shalat, dan pemahaman agama lainnya. Ini adalah bagian dari transformasi Rutan Salatiga agar mereka memiliki bekal spiritual yang kuat, sehingga diharapkan dapat meminimalisir pengulangan tindak pidana setelah bebas nanti,” jelas Redy.
Pesan Kyai Noor Rofiq: “Jadikan Rutan Ini Tempat Hijrah Menuju Kebaikan”
Dalam tausiyahnya, Kyai Haji Noor Rofiq menegaskan bahwa menjalani hukuman bukanlah akhir segalanya. Ia mengajak para WBP untuk menjadikan masa pidana ini sebagai kesempatan emas untuk memperbaiki diri.
“Walaupun sedang menjalani masa pidana, jangan patah semangat. Jadikan ini kesempatan emas. Yang belum bisa mengaji, yang belum shalat, ayo mulai dari sini. Inilah waktunya belajar menjadi pribadi yang lebih taat,” pesannya kepada para santri WBP.
Lebih lanjut, Kyai Noor Rofiq mengingatkan tentang pentingnya kejujuran dan kesabaran dalam menghadapi hidup.
“Jangan mengumpat, jangan kecewa dengan keadaan. Jadilah orang jujur dan sabar. Kesalahan yang kalian lakukan cukup sekali ini saja. Yakinlah, ada jalan menuju ridho Allah SWT. Jika kalian memiliki keyakinan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, insyaallah kalian akan menjadi orang yang beruntung,” tegasnya.
Kesaksian WBP: “Di Sini Saya Belajar Bersyukur dan Dekat dengan Allah”
Bagi beberapa WBP, masa tahanan justru menjadi titik balik dalam kehidupan mereka. Salah satunya adalah Ali, seorang WBP yang tersandung kasus narkoba. Ia mengaku banyak mendapat pelajaran berharga selama berada di Rutan Salatiga.
“Saat di luar, saya tidak bersyukur. Banyak kenikmatan dunia yang membuat saya terlena dan jauh dari agama. Tapi di sini, saya belajar disiplin dalam ibadah, seperti shalat berjamaah dan membaca Al-Qur’an. Hal ini membuat saya sadar akan pentingnya rasa syukur dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ungkapnya.
Dukungan Pemerintah: Pembinaan Spiritual dan Keterampilan bagi WBP
Sebagai bagian dari upaya pembinaan, Rutan Salatiga terus mengembangkan berbagai program positif bagi para WBP. Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Hukum dan HAM, Agus Andrianto, yang menekankan pentingnya pembinaan kepribadian, kerohanian, hingga keterampilan kerja bagi para WBP.
Selain pembinaan agama, Rutan Salatiga juga menyediakan program keterampilan dan ketahanan pangan agar para WBP memiliki bekal saat kembali ke masyarakat.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan Ramadan di Rutan Salatiga bukan hanya menjadi momentum ibadah, tetapi juga kesempatan bagi para WBP untuk hijrah menuju kehidupan yang lebih baik. (*)