SALATIGA | BL — Di tengah arus zaman yang kian cepat membawa perubahan, hadir sosok-sosok muda yang menjadi lentera harapan bagi masa depan bangsa. Mereka bukan sekadar cerdas secara akademik, tetapi juga sadar akan pentingnya perencanaan hidup yang sehat dan bertanggung jawab. Salah satu dari sosok inspiratif itu adalah Juliana Sheila U. Tampubolon, gadis remaja yang baru saja dinobatkan sebagai Duta Generasi Berencana (Genre) Kota Salatiga Tahun 2024.
Program Duta Genre, yang digagas oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), bukan hanya sebuah ajang pencarian bakat atau gelar semata. Lebih dari itu, program ini membawa misi mulia: membentuk karakter remaja agar memiliki pola pikir matang, perilaku sehat, dan menjauhi risiko Triad KRR—yakni pernikahan dini, penyalahgunaan napza, dan seks bebas.
Sheila—begitu sapaan akrabnya—menjadi satu dari dua remaja yang terpilih untuk mewakili Salatiga ke ajang Duta Genre tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2025 mendatang. Sebuah amanah yang ia terima dengan penuh semangat dan kerendahan hati, apalagi jika mengingat awal mula perjalanannya yang tak biasa.
“Awalnya saya baru pindah ke Salatiga, baru sebulan tinggal dan masuk sekolah baru. Pada bulan kedua, saya melihat poster tentang Duta Genre di Instagram. Dari situlah rasa ingin tahu saya muncul,” ujar Sheila kepada Besoklagi.com Rabu (16/4/2025) sore.
Dari ketertarikan sederhana, Sheila mulai mendalami apa itu Duta Genre. Ia tersentuh oleh visi program ini yang sangat sejalan dengan mimpinya sebagai remaja yang sedang menata masa depan. Bagi Sheila, menjadi Duta Genre bukan hanya soal pencapaian lima tahun ke depan, tapi tentang komitmen sepanjang hayat untuk hidup sehat, berpendidikan, sukses berkarier, dan kelak membangun keluarga yang berkualitas.
Seiring waktu, Sheila juga menyadari tantangan besar yang dihadapi remaja masa kini: lingkungan pergaulan yang luas namun tak selalu sehat.
“Pergaulan adalah cermin awal dari siapa diri kita. Dari situ, karakter dan masa depan kita terbentuk. Maka penting bagi remaja untuk memilih lingkungan yang positif,” ucapnya bijak.
Sheila tidak melangkah sendiri. Ia memiliki pilar kuat berupa keluarga yang selalu mendukung setiap langkahnya, terutama kedua orang tuanya—Laurenz Stephanus Tampubolon dan Oktaviani Manurung.
Ibunya, Oktaviani, bahkan menyatakan dukungan tanpa syarat terhadap apa pun yang membuat putrinya tumbuh bahagia dan menjadi pribadi yang berguna.
“Sebagai orang tua, kami selalu mendukung apapun yang positif untuk Sheila. Kami ingin ia nyaman, bahagia, dan sukses menapaki masa depannya. Yang terpenting, kami selalu menyerahkan segalanya dalam doa, agar Tuhan membimbing setiap langkahnya,” tuturnya dengan mata berbinar.
Saat ini, Sheila tercatat sebagai siswi kelas XI di SMA Negeri 3 Salatiga, dan tengah bersiap untuk mengemban tanggung jawab sebagai representasi generasi muda Salatiga di tingkat Jawa Tengah.
Kisah Sheila menjadi bukti bahwa remaja Indonesia, khususnya para perempuan muda, mampu tampil sebagai agen perubahan. Dengan semangat, tekad, dan restu keluarga, ia membuktikan bahwa masa depan cerah dapat diraih siapa pun yang berani merancangnya secara sadar dan bertanggung jawab.
Seperti cahaya mentari yang menembus kabut pagi, kehadiran Sheila adalah sebuah pesan harapan—bahwa generasi emas 2045 akan lahir dari mereka yang hari ini memilih berjalan di jalan yang benar. (*)