KAB. SEMARANG | BESOKLAGI.COM – Aroma dupa yang membumbung perlahan dan alunan tembang Jawa membuat suasana Punden Kali Kembang terasa begitu sakral, Sabtu (15/11/2025). Tempat yang oleh warga Jetak dikenal sebagai petilasan Nyai Sekar itu menjadi pusat rangkaian ritual peringatan ulang tahun ke-74 Kesenian Kendalen Wiroyudo — sebuah momentum budaya yang menghadirkan nuansa magis dan meneguhkan kembali akar tradisi desa.
Kasi Perencanaan dan Umum Desa Jetak, Sumarno, menjelaskan bahwa peringatan tahun ini bukan hanya seremoni tahunan, melainkan bentuk penghormatan atas perjalanan panjang paguyuban seni tersebut.
“Ulang tahun ke-74 Kendalen Wiroyudo dan diadakan ritual di Punden Kali Kembang atau Nyai Sekar. Paguyuban ini mulai tahun 1951 dan pernah juara nasional tahun 1984 di Jakarta. Dulu dibina oleh Sunoto Karim sebagai sesepuh. Tujuannya melestarikan kearifan lokal,” ujarnya.
Jejak Reog Kendalen memang berlapis sejarah. Sejak berdiri pada 1951, kelompok seni ini menjadi identitas budaya masyarakat Jetak. Prestasi nasional pada 1984 di Jakarta mengukuhkan reputasinya, dan hingga kini Reog Kendalen tetap hadir bukan sebagai hiburan semata, tetapi sebagai simbol jati diri yang diwariskan antar generasi.
Kepala Desa Jetak, Sarinah, menambahkan bahwa perayaan kali ini juga dirangkaikan dengan hari jadi desa, sehingga maknanya menjadi semakin lengkap. Menurutnya, pelestarian budaya harus terus diperjuangkan di tengah tantangan zaman.
“Kegiatan hari jadi dan ulang tahun kesenian Reog Kendalen Wiroyudo yang ke-74 ini diharapkan bisa melestarikan seni budaya, khususnya di desa kami, dan untuk negara juga. Karena sekarang ini nguri-uri budaya Jawa itu sudah mulai punah,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa kegiatan tahunan tersebut menjadi pengingat bagi generasi muda untuk tetap mencintai seni tradisional.
“Harapannya kegiatan ini bisa menambah motivasi untuk tetap melestarikan budaya Jawa. Pesan kepada kawula muda, harus semangat bersama, guyub rukun, menjalin silaturahmi demi lestarinya adat budaya Jawa,” tambahnya.
Meski arus modernisasi terus berjalan, Sarinah menilai bahwa identitas budaya di Dusun Kendal masih terjaga kuat. “Hari ini bisa menjadi pelopor dan penyemangat bagi kawula muda. Di Desa Kendal sendiri budaya masih sangat kental,” ujarnya.
Perayaan 74 tahun Reog Kendalen Wiroyudo menjadi bukti bahwa budaya Jawa tidak sekadar diwariskan, tetapi benar-benar dihidupi oleh masyarakat. Di balik gemuruh Reog dan heningnya ritual di Punden Kali Kembang, tersimpan komitmen untuk terus menjaga nyala tradisi agar tetap hidup lintas generasi. (*)






