Seminar Pengembangan Profesi Kesehatan Lingkungan UIN Jakarta 2024

- Editor

Minggu, 15 Desember 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menggelar Seminar Pengembangan Profesi Kesehatan Lingkungan bertajuk “GREEN: Growing Awareness on Reducing Food Waste” 18/11. Berkolaborasi dengan beberapa mitra salah satunya LindungiHutan, kegiatan ini dihadiri lebih dari 2.000 peserta secara daring.

Kegiatan seminar pengembangan profesi kesehatan lingkungan diadakan sebagai wadah informasi yang terbuka bagi masyarakat secara umum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya food waste dan pengelolaannya.

Dalam seminar mengundang beberapa pembicara antara lain dr. Anas Ma’ruf, M.K.M (Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan) sebagai pembicara utama, Dr. Meti Ekayani, S.Hut., M.Sc. IPM (Dosen IPB University & Praktisi Pengelolaan Sampah dan Desa Rendah Karbon) dan Faizah Fauziyah, S.Si., M.M (Founder EcoDeen & Anggota LPLH SDA MUI) sebagai pembicara, Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes (Ketua Umum PP HAKLI & Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan K.H. Muhammad Cholil Nas, Lc., M.A., Ph.D (Ketua Bidang Dakwah dan Ukhwah Majelis Ulama Indonesia Pusat) sebagai penanggap.

Isu food waste menjadi perhatian global karena Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) mencatat 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun, menyumbang 8% emisi gas rumah kaca. Menurut data UNEP 2021, Indonesia berada di peringkat ke-4 dunia dengan food waste terbesar, mencapai 20,9 juta ton per tahun. 

Baca Juga  Hypefast Gelar Dialog Strategis, Rumuskan Kunci Pertumbuhan Brand Lokal di 2025

Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dr. Anas Ma’ruf, M.K.M, menyebutkan bahwa food waste memberikan 4 resiko besar terhadap lingkungan, yaitu peningkatan gas rumah kaca, pemborosan sumber daya, degradasi tanah, dan kelangkaan keanekaragaman hayati.  Pada akhir sesi, dr. Anas Ma’ruf, M.K.M menyampaikan bahwa perguruan tinggi memiliki peluang dalam pengelolaan food waste sebab memiliki banyak sumber sampah pangan yang dihasilkan, tersedianya sumber daya manusia, dan pemanfaatan teknologi. 

Perwakilan tim peneliti kesehatan lingkungan UIN Jakarta, Qonita Hanaah dan Pasha Fauziah Labrii Gavriela, menyampaikan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 45,46% civitas akademika UIN Jakarta masih memiliki perilaku food waste. Faktor religiusitas dan kemudahan layanan daring memiliki korelasi signifikan dengan perilaku ini.

Image

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes menanggapi hasil penelitian tersebut dengan menyebutkan bahwa Indonesia memang berada dalam kondisi darurat sampah makanan. Hal ini juga menjadi tantangan serius dengan Indonesia menempati peringkat pertama penghasil sampah makanan rumah tangga di Asia Tenggara pada tahun 2023. Padahal, menurut survei GHI tahun 2020, tingkat kelaparan penduduk Indonesia mencapai 19.1% dan diperparah dengan data prevalensi stunting balita Indonesia yang mencapai 30.8%. Di sisi lain, Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes menyampaikan bahwa 13 juta ton sampah makanan pada dasarnya dapat memberi makan kepada lebih dari 28 juta orang di Indonesia. 

Baca Juga  Liburan Singkat ala Anak Merdeka: 10 Outfit Kece & Praktis ala Bodypack

Pada akhir sesi, Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes memberikan rekomendasi sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil penelitian yaitu melakukan pengumpulan sampah makanan di seluruh fakultas, pemilahan, dan penyimpanan sampah untuk membentuk tempat pengelolaan sampah terpadu di lingkungan universitas. 

Tanggapan hasil penelitian juga disampaikan oleh K.H. Muhammad Cholil Nas, Lc., M.A., Ph.D. Ia menyampaikan bahwa persoalan food waste merupakan hal penting dalam agama Islam karena hal ini menyangkut sikap mubazir yang merupakan tanda-tanda orang yang tidak bersyukur. Dengan demikian, norma dan keyakinan agama seharusnya dapat menjadi pengendali dari perilaku boros dan tidak bersyukur yang nantinya dapat berujung pada food waste

K.H. Muhammad Cholil Nas, Lc., M.A., Ph.D menyampaikan bahwa cara pengendalian food waste diantaranya adalah mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta mengurangi pengeluaran yang tidak prioritas. Pengendalian perilaku mubazir makanan pula sesungguhnya sudah dicontohkan oleh Rasulullah, yaitu untuk makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang. Selain itu, kebiasaan puasa juga menjadi bentuk ibadah untuk bersyukur dan lebih menghargai makanan yang seharusnya dapat diimplementasikan oleh masyarakat muslim. 

Baca Juga  Ramadan Hadir dengan Peluang di Tengah Guncangan Industri Perhotelan

<img style="width: 100%;" src="https://imagedelivery.net/H6_s_Eb_ylTWnSEV3HlmYQ/09c80f1e-e83b-4d93-df4f-4a771108bf00/public" alt="
” />

Dr. Meti Ekayani, S.Hut., M.Sc. IPM memberikan saran untuk menggiatkan kampanye “No Food Waste” dan menerapkan denda makanan bersisa di kantin. Selain itu, Dr. Meti Ekayani juga memberikan saran pemanfaatan food waste dalam bentuk pemberian ke pihak Food Bank yang dapat menampung makanan sisa untuk dialokasikan menjadi pangan hewan.

Pada akhir sesi pemaparan materi, Dr. Meti Ekayani, S.Hut., M.Sc. IPM menyampaikan pentingnya riset untuk baseline data dan monitoring berkala, menetapkan kebijakan dan komitmen dari top manajemen, tata kelola dan sarana prasarana yang mendukung perubahan perilaku food waste, kampanye dan edukasi holistik pada minimal 3 generasi mahasiswa, serta aksi bersama seluruh komponen kampus dan menjadikannya bagian dari kehidupan kampus. 

Pada akhir sesi, Faizah Fauziyah S.Si., M.M menyampaikan bahwa menjaga lingkungan dan mengurangi sampah, serta melakukan pengomposan sampah merupakan bagian dari ibadah. Berkaitan dengan sampah makanan sendiri, MUI sudah mengeluarkan fatwa 41 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah yang isinya menyatakan bahwa setiap Muslim wajib menjaga kebersihan lingkungan dan memanfaatkan barang-barang gunaan untuk kemaslahatan serta menghindari diri dari sifat tabzir dan israf.

Berita Terkait

Sego Cokot Warung Sekotak: Sensasi Sarapan, Nikmat Pedas, Nan Murah Meriah yang Viral di Sudut Argosari Salatiga
Dorong Ekonomi Desa Naik Kelas, Bupati Semarang Ajak KDMP Bangun Bisnis Cerdas dan Kolaboratif
Jateng Perluas Produksi Beras Rendah Karbon, Gandeng Uni Eropa Dorong Pertanian Ramah Iklim
Wujud Nyata Kepedulian Polri di Hari Bhayangkara ke-79 Tahun 2025, Polres Salatiga Gelar Bazar Sembako Murah
Bukan Sekadar Seduh: 11 Desa Kaloran Gali Ilmu Bisnis Kopi untuk Tembus Ekspor
HIPMI Salatiga Tancap Gas, Pemkot Siap Kawal Ekonomi Kota ke Level Nasional
Singkong Menyatukan Budaya: Pelajar Korea Selatan Selami Filosofi Ketela di Salatiga
Gubernur Jateng Dorong Kampung UMKM Harian: Zilenial Jadi Pelopor Ekonomi Lokal

Berita Terkait

Minggu, 20 Juli 2025 - 06:27

Sego Cokot Warung Sekotak: Sensasi Sarapan, Nikmat Pedas, Nan Murah Meriah yang Viral di Sudut Argosari Salatiga

Senin, 30 Juni 2025 - 15:00

Dorong Ekonomi Desa Naik Kelas, Bupati Semarang Ajak KDMP Bangun Bisnis Cerdas dan Kolaboratif

Senin, 30 Juni 2025 - 14:22

Jateng Perluas Produksi Beras Rendah Karbon, Gandeng Uni Eropa Dorong Pertanian Ramah Iklim

Senin, 30 Juni 2025 - 12:43

Wujud Nyata Kepedulian Polri di Hari Bhayangkara ke-79 Tahun 2025, Polres Salatiga Gelar Bazar Sembako Murah

Selasa, 27 Mei 2025 - 18:06

Bukan Sekadar Seduh: 11 Desa Kaloran Gali Ilmu Bisnis Kopi untuk Tembus Ekspor

Rabu, 7 Mei 2025 - 15:40

HIPMI Salatiga Tancap Gas, Pemkot Siap Kawal Ekonomi Kota ke Level Nasional

Selasa, 15 April 2025 - 13:02

Singkong Menyatukan Budaya: Pelajar Korea Selatan Selami Filosofi Ketela di Salatiga

Sabtu, 22 Maret 2025 - 14:17

Gubernur Jateng Dorong Kampung UMKM Harian: Zilenial Jadi Pelopor Ekonomi Lokal

Berita Terbaru