Pelaku Usaha Konveksi Tas Keluhkan Membanjirnya Tas Impor

- Editor

Minggu, 12 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pelaku Usaha Konveksi Tas Keluhkan Membanjirnya Tas Impor

Industri konveksi tas lokal di Indonesia tengah menghadapi tantangan berat
akibat membanjirnya produk tas impor di pasar domestik. Para pelaku usaha,
terutama di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), mengeluhkan
sulitnya bersaing dengan produk impor yang harganya jauh lebih murah. Kondisi
ini tidak hanya memukul omzet mereka, tetapi juga mengancam kelangsungan bisnis
yang telah lama menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional.

Salah satu pengusaha konveksi tas di Bandung, Husna  (35), yang telah menggeluti usaha ini selama
lebih dari 10 tahun di Bandung, mengaku bahwa penjualan produknya mengalami
penurunan drastis dalam beberapa tahun terakhir. “Sejak masuknya produk
tas impor, apalagi yang dijual di platform online dengan harga sangat murah,
kami makin sulit menjual produk lokal. Padahal kualitas tas lokal tidak kalah
dengan buatan luar negeri,” ungkapnya.

Baca Juga  Hasilkan Bitcoin Gratis dengan Bermain Game, Yuk Coba Sederet Game Ini!

Andi menjelaskan bahwa banyak tas impor, terutama dari China, dijual dengan
harga yang tidak masuk akal. Tas-tas tersebut dibanderol dengan harga mulai
dari Rp50 ribu hingga Rp150 ribu, jauh di bawah harga produksi tas lokal. Ia
menduga harga murah tersebut akibat skala produksi besar-besaran dan subsidi
pemerintah negara asal.

Senada dengan Andi, Ketua Asosiasi Pengusaha Konveksi Indonesia (APKI),
Haryanto, menyebutkan bahwa masalah ini harus segera ditangani. “Kita
tidak melarang impor, tetapi harus ada pengawasan ketat. Produk impor yang
masuk seharusnya memenuhi standar dan tidak merugikan pelaku usaha lokal.
Selain itu, ada indikasi banyak produk yang masuk secara ilegal tanpa membayar
bea masuk,” tegas Haryanto.

Baca Juga  Apa Saja Risiko Kesehatan Rimming? Yuk, Waspada!

Fenomena ini juga diperparah dengan maraknya marketplace online yang menjadi
wadah utama peredaran produk impor. Para pelaku usaha lokal merasa kalah
bersaing karena keterbatasan modal dan akses teknologi. Tas impor yang dijual
langsung oleh distributor asing di platform digital sering kali mengabaikan
ketentuan pajak dan regulasi perdagangan Indonesia.

Sementara itu, pemerintah diharapkan dapat segera mengambil langkah konkret
untuk melindungi industri dalam negeri. Salah satunya dengan memperketat
pengawasan impor dan memberikan insentif kepada pelaku usaha lokal.
“Pemerintah bisa memperketat regulasi terkait perdagangan online serta
meningkatkan kampanye penggunaan produk lokal, seperti Gerakan Bangga Buatan
Indonesia,” ujar ekonom Universitas Indonesia, Rini Santoso.

Baca Juga  Strategi Green Branding: Cara Membangun Bisnis Ramah Lingkungan di Era Modern

Di sisi lain, para pelaku usaha lokal juga dituntut untuk terus berinovasi
agar tetap bisa bersaing di pasar. Hal ini termasuk peningkatan desain produk,
efisiensi proses produksi, hingga memanfaatkan pemasaran digital untuk
menjangkau konsumen yang lebih luas.

Meski situasi ini terbilang sulit, beberapa pelaku usaha optimistis dapat
bertahan dengan berkolaborasi bersama komunitas lokal. “Kami coba bangun
jaringan antar-pengusaha untuk berbagi ilmu dan strategi pemasaran. Harapannya,
kami bisa bersaing secara sehat dengan produk impor,” kata Rina, salah
satu pelaku UMKM di Yogyakarta.

Berita Terkait

Arfiana Maulina, Pendiri WateryNation Menjadi Juri Kompetisi Eco-Filter untuk Menginspirasi Generasi Muda dalam Inovasi Air Bersih
Pelanggan Sebut Taksi Listrik Evista yang Terbaik
APCO Digital Twin: Visualisasi Real-Time dan Monitoring Cerdas untuk Optimalisasi Aset
Transformasi Dunia Kerja dengan AI: Telkom Indonesia dan SuratPlus Dorong Literasi Digital di Kalangan Pelajar
Apa Itu Omnichannel? Kenapa Sangat Penting untuk Bisnis?
Mengenal BlockDAG: Teknologi Blockchain Masa Depan dengan Potensi Harga Fantastis
Kolaborasi Port Academy dan Mitra Industri Hadirkan Diklat IMO 3.25 di Lhokseumawe
Port Academy dan PT Phoenix Resources International Kolaborasi dalam Diklat IMO OPRC Level 1

Berita Terkait

Selasa, 11 Maret 2025 - 06:13

Arfiana Maulina, Pendiri WateryNation Menjadi Juri Kompetisi Eco-Filter untuk Menginspirasi Generasi Muda dalam Inovasi Air Bersih

Senin, 10 Maret 2025 - 22:47

Pelanggan Sebut Taksi Listrik Evista yang Terbaik

Senin, 10 Maret 2025 - 21:01

APCO Digital Twin: Visualisasi Real-Time dan Monitoring Cerdas untuk Optimalisasi Aset

Senin, 10 Maret 2025 - 18:01

Transformasi Dunia Kerja dengan AI: Telkom Indonesia dan SuratPlus Dorong Literasi Digital di Kalangan Pelajar

Senin, 10 Maret 2025 - 05:19

Apa Itu Omnichannel? Kenapa Sangat Penting untuk Bisnis?

Selasa, 4 Maret 2025 - 10:23

Mengenal BlockDAG: Teknologi Blockchain Masa Depan dengan Potensi Harga Fantastis

Selasa, 4 Maret 2025 - 10:18

Kolaborasi Port Academy dan Mitra Industri Hadirkan Diklat IMO 3.25 di Lhokseumawe

Selasa, 4 Maret 2025 - 10:15

Port Academy dan PT Phoenix Resources International Kolaborasi dalam Diklat IMO OPRC Level 1

Berita Terbaru