Laporan: Imam Prabowo
SALATIGA | BL – Sebagai langkah preventif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahaya bullying, mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang (UM) menyelenggarakan kegiatan psikoedukasi di SMP N 10 Salatiga. Kegiatan yang berlangsung beberapa waktu lalu ini diikuti oleh siswa kelas 7 dan 8, dengan Lintang Ayu Safira, seorang mahasiswa sekaligus pemateri utama, memandu jalannya acara edukatif tersebut.
Lintang menjelaskan, kegiatan ini berangkat dari tingginya angka kasus bullying di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Tengah. “Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, terdapat lebih dari 2.000 kasus kekerasan terhadap anak di bawah usia 18 tahun pada 2022 hingga 2023. Di Kota Salatiga sendiri, terdapat 50 kasus bullying yang dilaporkan dalam dua tahun terakhir,” ungkapnya, Senin (16/12/2024).
Lintang juga menambahkan bahwa bullying dapat terjadi karena berbagai faktor, baik dari individu maupun lingkungan sosial. “Bullying harus dicegah dengan intervensi yang melibatkan keluarga, sekolah, dan individu. Salah satu cara efektif untuk itu adalah melalui program psikoedukasi,” terangnya. Ia turut mengutip penelitian Fitria & Efendi (2022) dan Irwanti (2023), yang menunjukkan bahwa psikoedukasi efektif dalam meningkatkan kesadaran siswa tentang dampak bullying.
Kegiatan psikoedukasi ini disampaikan menggunakan metode ceramah interaktif yang dikombinasikan dengan sesi tanya jawab. Materi yang diberikan mencakup pengertian bullying, jenis-jenisnya, penyebab, dampak negatif, dan langkah praktis untuk menghadapinya. Siswa juga diajak untuk memahami bahwa bullying berdampak buruk tidak hanya pada korban, tetapi juga pada pelaku dan pengamat.
“Selain memberikan materi, kami memberikan panduan langkah-langkah praktis yang bisa diambil siswa saat menghadapi atau menyaksikan kasus bullying,” ujar Lintang.
Salah satu pendekatan menarik yang digunakan adalah evaluasi pemahaman siswa sebelum dan setelah materi disampaikan. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pemahaman yang signifikan. Jawaban siswa setelah mengikuti kegiatan cenderung lebih eksplisit dan menunjukkan kesadaran yang lebih tinggi terkait isu bullying.
Melalui program ini, mahasiswa UM berharap dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan bebas dari bullying. “Kami ingin siswa memahami pentingnya menjaga kenyamanan bersama dan menjadi agen perubahan untuk mengurangi bullying di sekolah mereka,” ungkap Lintang.
Kegiatan psikoedukasi ini menjadi langkah nyata dalam menekan angka kasus bullying di kalangan pelajar. Dengan adanya kesadaran kolektif dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan generasi muda dapat tumbuh dalam lingkungan yang lebih positif, sehingga dapat berkontribusi maksimal bagi masa depan bangsa. (*)