Laporan: Imam Prabowo
SALATIGA | BL – Ribuan umat Kristiani memadati Alun-Alun Kota Salatiga untuk menghadiri Ibadah Perayaan Natal yang digelar oleh Badan Kerja Sama Gereja-Gereja (BKGS) Salatiga, (25/12/24). Acara ini dihadiri oleh Penjabat (Pj.) Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
Perayaan Natal kali ini mengusung tema nasional “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Bethlehem” dan dipimpin oleh Romo Brian Johnathan Laluyan. Kehadiran masyarakat lintas daerah menjadikan acara ini simbol keharmonisan dan toleransi yang telah lama menjadi ciri khas Kota Salatiga.
Dalam sambutannya, Yasip Khasani mengapresiasi semangat kebersamaan masyarakat Salatiga yang tetap menjaga harmoni di tengah keberagaman. Ia juga menghubungkan peringatan Natal tahun ini dengan momentum nasional, yakni peresmian Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta.
“Peringatan Natal tahun ini terasa istimewa, salah satunya dengan dibukanya terowongan silaturahim sebagai simbol kuat toleransi di Indonesia. Mari kita jadikan Kota Salatiga sebagai ‘terowongan silaturahim’ yang mampu merekatkan seluruh perbedaan menjadi sebuah harmoni,” ujar Yasip.
Yasip juga menegaskan bahwa Salatiga, yang dikenal sebagai kota toleransi, memiliki potensi besar untuk menjadi teladan kerukunan beragama. Ia mengajak masyarakat untuk terus menjunjung nilai kebersamaan sebagai fondasi kokoh dalam menghadapi tantangan di masa depan.
“Semoga Salatiga bisa menjadi mozaik indah yang melukiskan keberagaman sebagai kekuatan, bukan hambatan. Bersama, kita bisa menjaga bumi Hati Beriman ini tetap damai dan harmonis,” tambahnya.
Acara ini ditutup dengan simbolis pelepasan balon ke udara oleh Yasip Khasani, Forkopimda, dan para pemimpin gereja sebagai lambang perdamaian dan harapan masa depan. Momen ini juga disertai sesi foto bersama yang mencerminkan semangat persatuan.
Ibadah Natal BKGS Salatiga menjadi bukti nyata bahwa toleransi bukan hanya slogan, melainkan praktik hidup yang dijalankan dengan penuh cinta kasih. Kehadiran ribuan umat dan dukungan lintas agama semakin mengukuhkan Salatiga sebagai kota yang merangkul perbedaan dalam harmoni. (*)